Lama sudah aku mencari sesuatu bahkan seseorang yang membuat aku bergairah untuk menjalani hidup. Gagal menembus SNMPTN di tahun 2010 membuat semangatku mulai jatuh, tak ada gairah hidup. Mungkin saat itu aku tak terlalu paham dengan ucapan ibu,” Jangan terlalu berharap, itu tidak baik.”
Hampir setiap hari aku melakukan hal dengan biasa-biasa saja, tak ada semangat. Hal sama aku lakukan setiap hari, bosan itu pasti. Aku mencari-cari hal yang memotivasiku, namun tak kunjung bertemu. Motivasi melalui ucapan itu sudah biasa, melihat acara di televisi bertemakan perjuangan hidup juga kurang menyentuh, dalam hati aku berkata, “ Mungkin keluar rumah akan membuat aku menemukan seseorang yang memberi inspirasi.”
Satu hari hari aku putuskan untuk berkeliling untuk mencari seseorang atau hal yang menginspirasi. Setengah hari aku masih belum menemukan apa yang aku cari, lalu aku kembali ke rumah dengan keadaan yang sama. Setiap sore aku bermain sepak bola di lapangan dekat kampung, sepak bola adalah olahraga merakyat, semua golongan pasti suka. Lapangan menjadi tempat bertemunya penyuka sepak bola dari berbagai latar belakang berkumpul, ada anak tukang ojek, penjual mainan hingga anak seorang dosen.
Awalnya aku bermain seperti biasan dengan teman-teman, semua berjalan normal. Sampai suatu saat aku bermain, seseorang yang tak aku kenal sebelumnya merebut bola dariku dengan kekuatan yang besar, dia menyenggolku dengan mudahnya. Badannya gempal, padahal masih seumuran, aku berpikir, “Apa ia ikut fitness??” Kulinya sawo matang, namun sedikit coklat terbakar matahari, dia memakai topi, dan baju lusuh sangat kotor.
Seusai bermain aku mengamati sosok yang merebut bolaku tadi. Lalu aku bertanya kepada temanku,
“Dia siapa?”
“Oh itu, itu Bang panggilannya.” Jawab temanku
“Bang???Cuma begitu ??”
“Iya..”
Satu hari aku berangkat ke sekolah untuk mengantar ibu. Di tengah perjalanan aku melihat sosok yang tak asing memakai topi, dia menarik gerobak sampah. Pagi itu masih sekitar pukul 6 pagi dan ia sudah menarik gerobak sampah yang terisi setengah. Dia bersama seorang perempuan tua yang juga memakai topi. Aku masih belum dapat mengenalinya, hingga kembali dari sekolah, aku semakin mengamatinya, dan aku terkejut, karena seseorang itu adalah Bang.
Di sore hari seperti biasa, kami bermain, aku bertemu dengan Bang, sosok yang aku lihat tadi pagi. Dia memakai baju yang sama seperti yang aku lihat tadi pagi. Dia bermain dengan tenaga seperti tak pernah bermain sepak bola. Sangat bersemangat sekali, menggiring bola dari belakang hingga mencetak gol. Tak seorang pun yakin akan kemampuan dirinya sendiri saat berhadapan dengan Bang. Aku pun ikut bersemangat, semua teman-teman sangat suka dengan Bang, selain menjadi andalan kami saat tarkam, dia adalah teman yang baik. Siapapun yang tak bersemangat pasti akan dimotivasi oleh Bang agar lebih bersemangat sangat bermain.
Pernah satu waktu, teman-teman sudah mulai bermain namun aku masih di pinggir jalan untuk menunggu Bang. Tak lama kemudian aku melihat Bang, ia masih menarik gerobak sampahnya yang berisi separuh.
“Bang!!Ayo main!!Teman-teman sudah berkumpul” tegurku.
“Iya, sebentar!”
Lalu dia menarik gerobaknya dengan berlari. Dia seperti menarik mobil-mobilan, terlihat ringan sekali. Wow!!!Aku kagum dengan semangat dan kekuatannya. Semua merasakan jika tak ada Bang pati tidak seru, dan memang itu faktanya, dia menjadi motivator di lapangan. Di lapangan, sosok Bang menjadi motivator bagi kami, namun bagiku dia sudah menjadi inspirator.
Aku bertanya-tanya apa yang membuat dia memiliki semangat sebesar itu. Semangatnya yang menular, dan aku adalah pasien yang terkena semangatnya. Mulai saat itu aku bersemangat untuk menjalani satu tahun sebelum SNMPTN 2011, tak tahu apa yang aku dapat sebagai hasil akhir, namun yang terpenting aku akan tetap berusaha di setiap hari, dan harus semangat.
***
Bang adalah petugas kebersihan di daerahku, ia bertugas bersama perempuan tua, yaitu ibunya. Setiap hari, setiap pagi dan siang, mereka berdua mengangkut sampah di sepanjang jalan P. Sunaryo, jalannya cukup panjang, mungkin hampir sepuluh kilometer. Batas operasinya dari POM Bensin hingga perempatan Pandaan, dan mereka tak pernah memakai sandal.
Bang mengumpulkan sampah, mengangkat keranjang sampah yang berjajar berpuluh-puluh di sepanjang jalan. Sedangkan ibunya memilih sampah yang sekiranya dapat dijual lagi, seperti plastik-plastik, kertas, seng atau besi-besi tua. Pukul enam pagi mereka sudah separuh jalan, aku tidak tahu jam berapa mereka mulai beroperasi. Semakin pagi semakin baik karena mengingat jalan P. Sunaryo sangat padat kendaraan, jika mereka kesiangan mereka akan terganggu dengan kendaraan yang berlalu lalang, atau bahkan mereka merasa akan menggangu pengguna jalan.
Pukul dua siang mereka beroperasi lagi untuk mengangkut sampah.
Ibu dan anak melakukan pekerjaan yang sama, bagi beberapa orang, pekerjaan itu mungkin memalukan, apalagi jika menjadi tukang sampah bersama Ibu. Aku sangat malu jika melihat kegigihan mereka, aku merasa kecil dihadapan mereka. Aku yang selama ini merasa memiliki semangat besar, tak ada apa-apanya dengan semangat mereka yang besar untuk menjalani hidup.
Seorang inspirator sebenarnya ada di sekitar kita, itu tergantung dari pengakuan kita sendiri. Aku beruntung berada di sekeliling orang-orang yang memiliki semangat yang besar.
“Yang terpenting bukanlah mimpi kita yang besar, tapi seberapa besar kita untuk mimpi itu.”
J.A.J